LAPORAN
PRAKTIKUM
MATA KULIAH ANATOMI PERKEMBANGAN TUMBUHAN
MATERI PRAKTIKUM
“ JARINGAN DASAR DAN JARINGAN PENGUAT”
Disusun Oleh :
Rina Bilkis (1127020062)
Waktu pelaksanaan: Senin, 28 Oktober 2013
Waktu pengumpulan: Senin, 04 November 2013
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2012-2013
I.
Pendahuluan
A.
Tujuan
Percobaan
Ø Melihat macam-macam bentuk parenkim.
Ø Melihat adanya mekanik (penguat) pada tubuh tumbuhan.
B.
Dasar
teori
Parenkim terdiri atas
kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel
parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa
sehingga berperan penting dalam regenerasi. Sel-sel parenkim yang telah dewasa
dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan meristem
terutama pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah dan
endosperm biji. Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada
parenkim xilem, parenkim floem, dan jari-jari empulur. Ciri utama sel parenkim
adalah memiliki dinding sel yang tipis serta lentur (Parlan, 1995).
Sel parenkim memiliki
banyak fungsi yaitu untuk berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan
makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan
fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung kloroplas.
Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim.
Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola,
cairan dalam plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan
struktur sel yang jumlahnya banyak menyusun jaringan tumbuhan. Ciri penting
dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai
jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan
dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar. Ciri-ciri jaringan
parenkim adalah selnya hidup dan berdinding tipis serta berukuran besar,
memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak terlalu padat, berbentuk segi
enam, memiliki banyak vakuola, mampu bersifat meristematik (Kimball, 1992).
Pada umumnya, sel
parenkim itu memiliki sifat-sifat yang sama (meskipun dapat merupakan jaringan
yang heterogen dengan tugas-tugasnya yang tidak sma pula). Sifat-sifat yang
dimiliki jaringan parenkim antara lain yang telah dapat dikemukakan, yaitu:
a.
Dinding
selnya tipis, dalam hal ini berlangsungnya penebalan-penebalanpun akan tipis
pula, penebalan ini biasanya terjadi dari selulosa yang keadaannya masih
lentur.
b.
Dinding
sel yang telah menebal biasanya membantu noktah-noktah yang dapat menjamin
pancarnya pertukaran zat-zat yang diperlukan tumbuhan.
c.
Sel-sel
parenkim merupakan sel-sel yang masih mempunyai kegiatan atau masih hidup, yang
dibagian ruang tengah selnya terdapat sentravakuola yang besar, yang biasanya
penuh terisi cadangan makanan.
Sel
parenkim biasanya berbentuk isodeametris, tetapi ada bentuk lain yaitu
peristeatis memanjang atau silindris terdapat pada parenkim palisade mesofil
daun dikotil, bercabang-cabang, parenkim dengan ruang antar sel parenkim dengan
dinding yang melekuk-lekuk kearah dalam, yaitu berupa parenkim lipatan, pada
daun Pinus merkusii dan Oryza sativa (Tim Dosen, 2012).
Menurut
Karmana (2008), dikenal macam-macam parenkim, yaitu:
a.
Parenkim
asimilasi
Parenkim
asimilasi terdiri dari sel sel yang banyak mengandung klorofil. Parekim ini
sangat bermanfaat bagi berlangsungnya fotosintesis, yang terletak pada bagian
tepi. Parenkim asimilasi ini mengandung kloroplas dan dalam kloroplas sering
berisi butir-butir tepung asimilasi.
b.
Parenkim
penimbun
Cadangan
makanan yang tersimpan dalam parenkim ini ada yang berbentuk zat-zat yang dapat
larut dalam cairan sel dan yang berwujud bahan-bahan padat. Bahan-bahan ini
tentunya merupakan bahan-bahan ergastik.
c.
Parenkim
air
Jaringan
ini terdiri dari sel-sel aktif (hidup) yang berukuran besar dan biasanya pula
mempunyai dinding sel yang tipis. Sel-selnya sering tampak serupa serangkaian
sel yang memanjang seperti sel-sel pagar (palisade). Jaringan palisade ini
masing-masing selnya mempunyai sitoplasma. Sebuah inti sel serta sebuah vakuola
besar dimana didalamnya terkandung air dan lendir. Manfaat dari lendir ini
dapat diperkirakan akan dapat menambah daya menahan air pada sel-sel sekitar
protoplas dan dindingnya.
d.
Parenkim
tannin
Tannin
adalah zat penyamak. Jadi parenkim tannin terdiri dari sel-sel parenkim yang
memang berisi zat penyamak.
e.
Parenkim
udara dalam ruang antar sel
Parenkim
ini berbentuk bulat atau bintang
f.
Parenkim
pengangkut
Parenkim
ini mempunyai sel yang memanjang menuju arah pengangkutannya, umumnya pada
batang.
Jaringan penguat merupakan jaringan yang
mempunyai kekuatan bagi tumbuhan dalam perimbangan-perimbangan bagi
pertumbuhannya. Jaringan penguat berfungsi untuk menguatkan bagian tubuh
tumbuhan meliputi dua jaringan, yaitu:
1.
Jaringan
kolenkim
Kolenkim terdiri dari sel-sel yang serupa
dengan parenkim tepi dengan penebalan pada dinding sel primer disudut-sudut
yang tidak menyeluruh. Umumnya terletak pada bagian peripheral batang dan
beberapa bagian daun. Dinding sel yang plastis dan pleksibel pada kolenkim
memberi dukungan yang cukup untuk sel-sel tetangganya. Karena kolenkim jaringan
menghasilkan dinding sel yang ekstensif. Hubungan erat antara jaringan kolenkim
dan parenkim tampak pada batang dimana kedua jaringan ini terletak
bersebelahan. Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa
selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tumbuhan
yang lunak.
2.
Jaringan
sklerenkim
Jaringan sklerenkim adalah jaringan
pendukung atau penguat pada tanaman. Penebalan lignin terletak pada sel primer
dan sekunder dan dinding menjadi sangat tebal. Hanya ada sedikit ruang untuk
protoplas yang nantinya hilang jika sel dewasa. Sel-sel yang terdiri dari
jaringan sklerenkim mengkin terbagi 2 tipe yaitu serat (fibre) atau sklereid
yang keras. Serat atau fibrise biasanya memanjang dengan dinding berujung
runcing pada penampang membujur. Selain mengandung selulosa dinding sel,
jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat
dan keras (Yatim, 1990).
Rosella merupakan tumbuhan dikotil, pada
batang dikotil ikatan pembuluhnya tersusun melingkar. Batang Hibiscus sabdariffa (Rosela) mempunyai jaringan
penguat yaitu berupa kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim, sel-selnya memiliki
dinding yang tipis dengan penebalan di sudut-sudut sel. Bentuk selnya
bervariasi, berfungsi sebagai penyokong bagian-bagian tumbuhan. Sklerenkim,
sel-selnya mengalami penebalan di seluruh bagian sel. Sklerenkim dapat berasal
dari kolenkim yang mengalami penebalan lebih lanjut. Terdapat pada
tumbuhan yang berkayu, sel-selnya mati dengan dinding sel darizat lignin
dan berfungsi sebagai alat penyokong (Tim Dosen, 2012).
II. Metode
A. Alat dan Bahan
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
Mikroskop
|
1
|
Tangkai
daun Eichornia crassipes (eceng gondok)
|
Secukupnya
|
Pipet
tetes
|
1
|
Daun Canna
sp (bunga tasbih)
|
Secukupnya
|
Kaca objek
|
6
|
Daun Pinus
merkusii (pinus)
|
Secukupnya
|
Kaca
penutup
|
6
|
Daun
Eichornia crassipes (eceng gondok)
|
Secukupnya
|
Kuas halus
|
1
|
Tangkai
daun Avium graveolens (sledri)
|
Secukupnya
|
Jarum
preparat
|
1
|
Batang
Hibiscus sabdariffa (Bunga rosella)
|
Secukupnya
|
B. Cara kerja
Ø
Pengamatan
jaringan dasar
Membuat preparat bahan-bahan
|
Mengamati dan mengambar jaringan parenkim yang terdapat pada
preparat
|
Ø
Pengamatan
jaringan penguat
Membuat preparat bahan-bahan
|
Mengamati dan mengambar penebalan dinding sel, se-sel parenkim
dan jaringan penguat lainnya
|
III.
Hasil
Pengamatan
Gambar
Pribadi
|
Gambar
Literatur
|
Gambar
Tangan
|
Pembesaran
10*10
Tangkai
daun Eichornia crassipes melintang
|
(Sumber:
abisjatuhbangunlagi.
wordpress.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Tangkai
daun Eichornia crassipes membujur
|
(Sumber:
abisjatuhbangunlagi.
wordpress.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Daun
Canna sp melintang
|
(sumber:
biologiklaten.wordpress.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Daun
Canna sp membujur
|
(sumber:
biologiklaten.wordpress.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Daun
Pinus merkusii melintang
|
(sumber:
biologiklaten.wordpress.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Daun
Pinus merkusii membujur
|
(sumber:
suryanieti.blogspot.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Tangkai
daun Apium graviolens melintang
|
(sumber:
elya.blogspot.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Tangkai
daun Apium graviolens membujur
|
(sumber:
kimeni-kim.blogspot.com)
|
|
Pembesaran
10*10
Batang
Hibiscus sabdariffa melintang
Pembesaran
10*10
Batang
Hibiscus sabdariffa membujur
|
(sumber:
alya.blogspot.com)
|
|
IV.
Pembahasan
Pada pengamatan pertama yaitu tangkai
daun eceng gondok terdapat parenkim pada tumbuhan air. Dimana parenkim ini
dapat digunakan sebagai penyimpanan udara sehingga tumbuhan dapat mengapung. Bentuk parenkim dan gelembung air lebih besar
dari pada lingkaran ruang antar sel, perbedaanya terletak di dalam
lingkaran eceng gondok tersebut terdapat lingkaran agak kekuning-kuningan
yang dimana lingkaran tersebut adalah pembuluh angkut dan ada juga
sedikit yang renggang yang disebut dengan noktah. Susunannya sel parenkim petiolus eceng gondok
sangat renggang terhadap ruang antar selnya.
Pada pengamatan kedua yaitu
daun bunga tasbih terlihat
adanya jaringan parenkim yang tipis. Selain itu juga terlihat adanya rongga
pada tangkai serta rongga antar sel. Dibagian
bentuk selnya sangat kecil dan berwarna agak kecoklat-coklatan, lalu perbedaanya
antara bentuk sel parenkim dengan yang lainnya itu adalah
terdapatnya berkas pembuluh yang dimana bentuknya itu lebih besar dari
pada parenkim dan bagian noktah perbedaanya
agak putih seakan-akan ada ruangan yang agak besar. Struktur parenkim pada
bunga tasbih berbentuk polihedral segi enam.Sel-sel
parenkim korteks pteolus bunga tasbih sel-selnya tampak lebih
rapat sehingga ruang antar selnya lebih kecil.
Pada pengamatan ketiga
yaitu daun pinus merkusii terlihat adanya
jaringan parenkim dengan menyayat bagian melintang dapat ditemui sel-sel nya
bentuknya memanjang seperti serat kearah vertical menyerupai serat.lekukan
parenkim kearah dalam berbentuk bulatan.
Pada
jaringan epidermis terdapat hipodermis, yang terdiri atas sel-sel parenkim yang
menyerupai serat. Pada jaringan dasarnya terdapat saluran hars yang merupakan
ciri khas dari batang, akar, dan daun dari tumbuhan pinus. Selain itu tersusun
atas sel-sel parenkimatis, memiliki lekukan ke arah dalam yaitu berupa parenkim lipatan .Sel yang
mengandung klorofil. Pada jaringan pembuluhnya, berkas pembuluhnya tunggal atau
dua berkas yang berdampingan dan terdapat pada bagian tengah daun dikelilingi
oleh jaringan transfuse (Loveless, 1987)
Hasil
pengamatan kami degan literature sama yaitu Parenkim Pinnus merkussi pada sayatan melintang dengan
dinding yang melekuk – lekuk kearah dalam,bentuk parenkim bulat dan berupa
parenkim lipatan, bentuk penampang selnya membentuk benang kearah vertikal.
Pada pengamatan keempat yaitu tangkai
daun sledri terlihat adanya epidermis yang berfungsi sebagai
zat kitin pada batang untuk melindungi agar
tidak kehilangan air terlalu banyak. Epidermis merupakan lapisan sel yang
paling luar dan epidermis ini memiliki fungsi sebagai pelindung semua bagian
sel tumbuhan yang masihmuda. Lalu ada kambium, floem dan xilem, rongga
protoxilem, seludang serat,ikatan pembuluh, dan tersebar dalam empulur
kolenkim. Di antara berkas-berkas pengangkut tersebut dikelilingi oleh jaringan
parenkim. Daerah parenkim kortek banyak ditemukan variasi sel parenkim
baik sebagai parenkim penimbun, sel batu ataupun parenkim kelenjar.
Pada pengamatan kelima yaitu batang bunga
rosella terlihat epidermis,
kolenkim, sklerenkim, kambium, floem dan xilem. Rosella merupakan tumbuhan
dikotil, pada batang dikotil ikatan pembuluhnya tersusun melingkar. Batang Hibiscus sabdariffa (Rosela) mempunyai jaringan
penguat yaitu berupa kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim, sel-selnya memiliki
dinding yang tipis dengan penebalan di sudut-sudut sel. Bentuk selnya
bervariasi, berfungsi sebagai penyokong bagian-bagian tumbuhan. Sklerenkim,
sel-selnya mengalami penebalan di seluruh bagian sel. Sklerenkim dapat berasal
dari kolenkim yang mengalami penebalan lebih lanjut. Terdapat pada
tumbuhan yang berkayu, sel-selnya mati dengan dinding sel darizat lignin
dan berfungsi sebagai alat penyokong. Menurut Maryati (2004), bahwa pada
jaringan kolenkim sel-selnya memiliki dinding yang tipis dengan penebalan di
sudut-sudut sel dengan bentuk sel yang beragam sedangkan jaringan
sklerenkim sel-selnya mengalami penebalan di seluruh bagian sel. Sklerenkim
dapat berasal dari kolenkim yang mengalami penebalan lebih lanjut. Selain itu
batang rosella mempunyai jaringan pengangkut yaitu berupa
xylem dan floem. Tipe berkas pembuluh pada batang rosella adalah kolateral terbuka, dimana xylem dan floem terdapat kambium.
Xylem dan floem bersama-sama disebut berkas pengangkutan (berkas vaskuler).
Komponen penyusun xilem terdiri dari : unsur trakeal (trakea dan trakeid),
serabut xilem dan parenkim xilem. Letaknya pada bagian kayu tumbuhan dan
berfungsi mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar menuju bagian atas
tubuh tumbuhan. Komponen penyusun floem terdiri dari unsur-unsur tapis, sel
pengiring, serabut floem, dan parenkim floem. Letaknya pada bagian kulit kayu
dan berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh
tumbuhan. Pada batang rosella juga mempunyai kambium. Kambium
adalah lapisan sel atau lapisan jaringan pada tumbuhan yang aktif membelah.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
prktikum yang telah dilakukan mengenai jaringan parenkim pada daun eceng gondok
bentuk parenkim dan gelembung
air lebih besar dari pada lingkaran ruang antar sel. Pada daun bunga tasbih terlihat adanya jaringan parenkim yang tipis, juga terlihat adanya
rongga pada tangkai serta rongga antar sel. Pada daun pinus
merkusii terlihat sel-sel nya bentuknya memanjang
seperti serat kearah vertical menyerupai serat, lekukan parenkim kearah dalam
berbentuk bulatan.
Pada
pengamatan jaringan penguat pada batang daun sledri terlihat
adanya epidermis yang berfungsi sebagai zat kitin pada
batang untuk melindungi agar tidak kehilangan air terlalu
banyak. Pada batang
bunga rosella terlihat epidermis,
kolenkim, sklerenkim, kambium, floem dan xilem.
VI.
Daftar
pustaka
Karmana, oman. 2008. Biologi. Bandung:
Grafindo Media Pratama.
Kimball, J. W. 1992. Biologi jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Loveless, A. R. 1987. Prinsip-Prinsip
Biologi Tumbuhan Untuk Daerah jilid 1. Jakarta: PT Gramedia Utama.
Maryati. 2004.Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Phibeta.
Parlan, V. F. 1995. Panduan Belajar Biologi. Jakarta: Yudistira.
Tim Dosen. 2012. Penuntun Praktikum
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Makassar: UIT
Press.
Yatim, wildan. 1990. Histologi. Bandung:
Tarsito.
Sumber
gambar:
Abisjatuhbangunlagi.
2013. Parenkim.
(http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2013/04/11/parenkim-based-tissue.html) diakses pada
[30-10-2013: 20.30 WIB]
Alya.
2012. Jaringan Penguat dan Jaringan Pengangkut.
(http://Alya.blogspot.com/2012/137989052/Jaringan-Penguat-Dan-Jaringan
Pengangkut.html) diakses pada [01-11-2013:
20.30 WIB]
Biologiklaten.
2013. Bab 13 Struktur Tumbuhan.
(http://biologiklaten.wordpress.com/2013/bab-13-struktur-tumbuhan.html) diakses pada [01-10-2013: 23.30 WIB]
Kimeni,
kim. 2012. Jaringan Kolenkim.
(http://kimeni-kim.blogspot.com/2012/11/jaringan-kolenkim.html) diakses pada [30- 10-2013:
20.30 WIB]
Suryanieti.
2011. Laporan Praktikum Anatomi Daun.
(http://suryanieti.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-antum-anatomi- daun.html)
diakses pada [01-11-2013: 22.30 WIB]